To be or Not to be Mempunyai Anak


Kalau ditanya kenapa saya punya anak? saya akan lama jawabnya.
Kalau ditanya kapan mau punya anak dan berapa, saya cepet jawabnya.

Anak, keputusan sadar saya dan pasangan, tanggung jawab dan komitmen level tinggi yang harus saya pertanggung jawabkan pada diri sendiri.

Berikut beberapa pertanyaan dan pernyataan yang sampai detik ini selalu saya tanyakan dan katakan pada diri sendiri.

Apakah saya siap dan bisa untuk selalu mencintai tanpa alasan,
menerima sosok manusia lain ini ketika dia, terlahir dengan keadaan, bertumbuh dengan keadaan, memiliki pandangan, keyakinan dan pilihan yang berbeda dengan saya atau yang saya inginkan.


Apakah saya mau terus belajar membuka jar untuk mampu menjadi pembimbing, pendamping, dan pendengar.


Apakah saya bisa siap menjadi salah dan biasa ketika dibenarkan, oleh sosok manusia yang saya lahirkan.


Apakah saya siap untuk terjun di beribu adegan, memainkan beragam peran.


Apakah saya siap bertanggung jawab memberikan kehidupan tanpa mengharapkan. Melepas tanpa persyaratan.

@athinaike

Kiranya beranak itu bukan sekedar brojol, kasih makan dan menyekolahkan Kiranya beranak itu bukan tanda “kebesaran” atau “keutuhan”
Kiranya membuat manusia baru itu bukan kontes siapa cepat
Kiranya mempunyai anak itu bukan tameng pengisi kekosongan, pengikat dan obat luka
Kiranya beranak itu bukan jalan menjadi kan kita versi baru sesuai yang kita mau

Anak, baik sadar atau tidak sadar “pembuatan”nya menjadi tanggung jawab, dan bukan ranah manusia lain bahkan bahan pertanyaan.

Canggu Bali, 03 September 2021

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *