Pipiku

Siang itu matahari ramah menyapa Karni masih sibuk membolak balik majalah barunya  sudah lima kali lebih tapi ia tak juga puas  itu majalah ke duanya siang itu.

Matanya kemudian berhenti pada sebuah iklan produk kecantikan yang memamerkan seorang perempuan cantik dengan pipi halus dan mulusnya, sudah lima kali juga Karni sibuk mengamatinya.
Karni mengelus pipinya  sesaat kemudian bibirnya merengut, diusap-usapnya pipi wanita dalam gambar itu  bibirnya masih merengut, tambah merengut lagi ketika dirasa pipi wanita itu lebih halus, bibirnya bergumam kesal  aneh inikan gambar.
Diambilnya kaca kecil diatas meja dandannya, tangan gadis itu masih sibuk dengan pipinya.
Ketukan pintu membuyarkan keasyikkannya menaburkan bedak di pipi mungilnya, seorang ibu muda nampak terseyum begitu pintu terbuka,”ada yang nyari tuh” katanya kemudian.


“Siapa mah?, aku sedang sibuk ni”, Karni menjawab sedikit kesal karena kesenangannya terganggu.  

“siapa lagi kalau bukan si abang sayang”, Karni mendadak panik dia berlari kembali kemeja dandannya  dipakainya kaca besar untuk melihat seluruh tubuhnya  tangannya kembali sibuk dengan pipi kecilnya.  

“lo, kok malah dandan lagi tho  itu lo sudah ditunggu”, Karni terduduk kelu  tapi tangannya masih memegang pipinya sendiri.  

“Tidak mah, bilang saja Karni tidak ada dirumah”, sahutnya kemudian.
Sang ibu mendekati, ditatapnya wajah gadisnya yang sedang beranjak dewasa , tapi sudah diberi ijin pacaran, belajar menjalin hubungan katanya.

“sudah cantik, sana temui, katanya mau ketoko buku bareng, mang Inal udach siap tuch nganter”,

Karni tersenyum kecut, ia merasa memiliki ibu yang tersempurna dibanding teman-temannya, dia boleh pacaran, disediakan transport dan supir lengkap, uang jajan tak pernah kurang, ibunya wanita yang sangat perasa dan perhatian, sesaat Karni merasa paling beruntung, tapi kemudian ia menatap kaca lagi,  

“ma, pipiku kok tidak halus?”, kemudian tangannya meraih pipi mamanya “pipi mama juga, ini pasti keturunan yah, kenapa kita tidak operasi plastik saja ma?, kita kan wanita harus jaga penampilan!” bibir mungil itu nyerocos, yang mendengar hanya tersenyum, ia tahu anaknya sedang dalam masa akil balik, segalanya nampak salah, dan segalanya harus sempurna. Ditempelkannya pipinya di pipi gadis kecilnya, “ia mungkin kita harus operasi plastik, tapi bagaimana kalau operasi itu gagal dan pipi kita malah rusak, bagaimana kalau operasi itu tidak cocok dengan permintaan kita, bibir kita tidak jadi bagus, hidung kita tidak jadi mancung, semua salah, bahkan rencana pipi halus jadi kayak aspal karena plastiknya meleleh, gimana?” tanyanya.

“mama, aku serius!” desak Karni kemudian,  “Sayang mama juga serius dua rius malah, sudah sana pergi, tidak baik ingkar janji, lebih tepat menjadi orang tepat janji dari pada pipi halus tapi tukang ingkar janji”, Wanita itu meninggalkan putri kecilnya.

Toko buku pusat kota ramai sekali sore itu, Karni melangkah gontai ke bagian majalah remaja, tangan dan matanya kemudian sibuk memilah. Saat Ical mendekat, Karni sedang asyik melototin iklan sabun muka, “cantik yah cewek digambar itu” ucap Ical kemudian. Karni hanya melenguh mendengar pujian Ical soal gambar gadis diiklan, “dipoles ni, sebenarnya tidak sehalus dan seputih ini Cal!” timpalnya kemudian. Ical merebut majalah itu, Karni marah,”kok direbut?” jeritnya, orang-orang spontan menengok kearah mereka.

Sudah beberapa hari ini Karni dibuat sebal dengan tingkah Ical, laki-laki itu akhir-akhir ini sibuk berkomentar tentang gambar wajah cantik di iklan. Karni merasa bahwa Ical mempunyai misi, dia ingin mengatakan bahwa dirinya tidak sesempurna gadis di gambar iklan-iklan itu, dan bahwa Ical ingin Karni seperti itu, itu kalau pikiran positive nya, negative nya Ical sedang naksir cewek lain yang wajahnya cantik, halus mulus, putih bersih seperti iklan-iklan itu. Karni dongkol, setiap mereka ke toko buku selalu berakhir dengan berdebatan yang tidak penting.

Sore itu ia absent les piano, mamanya membiarkan gadis itu sendirian, dia tahu apa yang sedang terjadi, ia memberikna waktu untuk putri kecilnya berpikir, belajar sendiri dengan apa yang dialami dan harus dilakukan, saat gadis kecilnya mengerti dan saat dimana ia harus mengenalkan, saat itulah ia mendekat.

Sementara Karni masih terkurung dikamarnya, majalah baru sudah ditanganya, sebuah gunting dan lem sudah juga disiapkannya, tak lupa foto terbarunya yang berukuran postcard siap dimeja, kemudian tangannya sibuk mengunting gambar di majalah merekatkan lem di bagian belakang fotonya dan menempelkan nya kemudian, di halaman yang sudah dipotongnya sedikit hingga fotonya nampak pas di bingkai iklan itu, ia tersenyum,. Senyum kemenangan,  “tau rasa kau!”, katanya kemudian.

Sabtu sore kemudian adalah jadwal Ical maen kerumah Karni, seperti biasa mereka ngobrol dan membaca, kebiasaan yang selalu mereka lakukan, sebagai pasangan remaja kutu buku itu. Karni kemudian menyodorkan majalah barunya, setelah tahu Ical nampak sudah bosan dengan buku Harry Porter nya. “ni, baru, ada yang cantik tuch” kata Karni disertai senyum.  Ical menerima majalah dari Karni dan kemudian sibuk dengan halaman-halaman majalah remaja itu, sesekali ia tersenyum.

Karni membiarkannya tanpa melirik ia sudah tahu reaksi yang akan diberikan Ical, dan dia sudak siapkan jawabannya, Karni merasa diambang kemenangan, kejenuhan dan pikiran gusarnya karena iklan dan gambar-gambar gadis cantik itu membuatnya lelah, cemburu dan resah, kini dia sudah tahu jawabnya.

 

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *