Napi vs hukuman
Our lunch time topic today is related to news about Amrozi execution (Bali bombers october 2002).
Keputusan Pemerintah buat ngejalanin eksekusi hukuman mati Amrozi yang akan dijalanin bulan Agustus nanti. Beberapa pertanyaan muncul, meja makan kantor jadi agak rame, pertanyaannya adalah “apa sudah setimpal hukuman mati itu?”.
Sementara ini, semua orang menunggu pelaksanaan hukuman mati, cuman…kalau kita turn the cyle kita bisa lihat reaksi Amrozi etc, tentang apa yang mereka lakukan dan hukuman apa yang mereka dapet:
- Tidak pernah ada penyesalan atau kata maaf dari mereka (Amrozi etc)
- Mereka selalu tambil bak pahlawan, dengan selalu tersenyum dan menegakkan kepala
- Hukuman mati yang mereka dapat adalah final thing that’s mereka ingginkan “they wanna to be the heroes for their own believe.
So, sebenere hukuman mati buat Amrozi dkk, adalah hadiah dan itu yang mereka inginkan, jadi kesimpulannya adalah itu bukan hukuman yang tepat buat mereka.
“trus musti diapain mereka?inget mereka berhutang ratusan nyawa?!”
Understand…, untuk sosok seperti mereka yang memegang dogma dan stand untuk their believe system ada beberapa alternative untuk membuat mereka lepas dari rantainya
- hukuman seumur hidup di penjara
- memberikan penyuluhan kepada anak-anak tentang tindakan akibat tindakan mereka dan resikonya
- bertemu dengan keluarga korban dan melihat sendiri penderitaan mereka, akibat dari ulah dia
- Segala cara untuk membuat mereka minta maaf
- Rajam batu (he,…) cuci otak (yang ini lebih extrem).
Yang jelas sepertinya hukuman mati terlalu mudah dan singkat untuk mereka, dan karena itu tujuan mereka jadi seperti hadiah instead of hukuman.
Ada beberapa ketimpangan yang selalu kita temuin soal pemberian hukuman di negara kita, let’s see seoarang pemerkosa dihukum 2-4 tahun, seorang pengedar narkoba dihukum 2-3 tahun, seorang pencuri dihukum 2-5 tahun…mana yang lebih berat? pemerkosa dengan noda seumur hidup yang tidak bisa dihabuskan, pengedar narkoba, atau seseorang yang butuh sesuatu entah karena belum punya atau rakus…Banyak lagi contoh kasus yang selalu membuat aku tersenyum miris setiap kali mambandingkan satu dengan yang lain. Well, standart dosa dan kesalahan dari sudut pandang setiap orang memang berbeda, tapi bakal lebih indah kalau yang ditarik adalah garis tengahnya, itu juga makanya ada undang undang toch…
Huah…jadi ngantuk kalau ngobrolin semua pernak pernik negara yang belum kelar, well is easy to complain — of course, but without complain how they will know what they miss..hehehe (tetep)!.
In the end lunch time break end with conversation about Indonesia and Australia decision to exchange their prisoner. Pertanyaan lain muncul, mana yang lebih enak, jadi tahanan di Australia atau Indonesia?.
heheheh!
Penjara, tempat untuk membuat seseorang yang sudah melakukan kesalahan untuk move on with their live, maybe study, work, learn new things, and become new people with same body. bukan tempat yang penuh kekerasan yang membuat mereka belajar lebih dalem soal teknik mencuri!.
wach…