Kejutan Jam 7 Pagi
Seorang wanita duduk dibangku, disebuah rumah bukan sederhana, rumah dengan segala kecukupannya. Dia sibuk berbicara dengan lelaki dalam layar, “aku sampai sana malam, tidurlah dulu dan kita bertemu kemudian”. Wanita itu melenguh, rasa yang sudah tidak bisa ditahan.
Lelaki itu selalu memberikan kenyamanan dengan suara-suara penuh perhatian dan kehangatan. Kehangatan yang menemani malam malam sepi tanpa tujuan, membantunya melepaskan limpahan hasrat dan keinginan, dengan suara, dengan kata kata.
Bertahun tahun yang lalu mereka bertemu, singkat, namun mampu membuat nya menempel seperti super glue. Tiada hari dilewati tanpa saling menyapa dan melepas rindu, dalam suara dengan kata kata.
Waktu terus memaksa, desakan wanita itu untuk bertemu. Satu bentuk wajah dan perawakan yang terpatri, walau hanya sekali. Mata penuh keinginan, suara penuh perhatian dan kata kata yang menghanyutkan. Tidak pernah ada beban, tidak pernah ada kekesalan. Hanya kehangatan. Sampai pada satu titik lelaki itu tidak bisa berkutik, dia ada di kota yang sama, hasil keteledoran lidahnya, wanita itu memaksa untuk menemuinya.
Dirumah itu wanita menunggu, suatu tempat yang sudah disetujui. Hati nya bukan kepalang lagi, tak bisa dijelaskan, membludak rasa, sampai sesak didada, dia akan bertemu lelaki yang memberikan kehangatan, satu sosok yang dia tahu hanya dari satu kejadian.
Malam itu, mata tak bisa memejam. Sampai pagi datang tidak sedetikpun tidur dihasilkan seberat apapun wanita itu mencoba, resah, gelisah, tak sabar menanti pagi. Dia tidak mendengar orang masuk rumah sama sekali semalam. Hati nya dipenuhi kekhawatiran. Lelaki itu tidak datang. Tapi suaranya tadi malam begitu meyakinkan yang membuatnya menyetujui janji untuk tidak menemui sampai pagi.
Rumah itu masih lengang, wanita itu memberanikan diri memasuki ruang makan, tidak ada tanda tanda orang datang. Dibuatnya secangkir kopi, masih tidak ada suara dari kamar seberang. Tenggorokannya kembali berat, diraihnya gawai dan dipencetnya nomor yang sudah dihafal diluar kepalanya. Foto wajah lelaki nampak dilayar, begitulah bertahun tahun hanya suara penuh perhatian dan kata kata menghanyutkan. Tidak ada jawaban dari seberang. Isi didadanya berasa turun dari tempatnya, anjlok, dengan gontai dia menuju kamar, pulang saja, dia tidak akan datang, dia hanya suara dan kata kata.
Jantung wanita itu serasa berhenti, ketika bunyi deret pintu didengarnya, dia terhenti, tidak mau menoleh dan kecewa lagi, dia berhenti tidak berani.
Tiba tiba didengarnya suara itu, suara yang bertahun tahun hadir menemani hari hari penuh tanda tanya, suara yang memberikan kekuatan dan kehangatan. Suara yang selalu memberikan jawaban pada semua pertanyaan. Oh, tak mampu dia melompat, kebahagiaan itu ternyata juga berat, raganya terdiam tapi jantungnya blingsatan.
Suara itu mendekat, perlahan, semakin dekat, sampai dia bisa mendengar tarikan nafasnya, lelaki itu semakin tak berjarak. Lutut wanita itu kelu, dia bisa merasakan hembusan nafas di tengkuknya. Dua tangan meraih jari jarinya. Tanpa kata, diikuti rengkuhan dari belakang. Wajah itu masih tak terlihat, tapi desahan itu sudah sangat dihafalnya, dan suara itu. Dia tak perlu melihat, dibiarkan sampai beberapa saat. Mereka hanya berpelukan, tanpa suara hanya kehangatan.
Dikumpulkannya semua keberanian yang ada, perlahan, wanita itu membalikkan badan, sudah saatnya. Dia ingin kembali melihat dengan kasat mata sosok yang selalu hadir untuknya, kali ini dengan raga bukan hanya suara. Perlahan digerakkan tubuhnya. Lelaki itu tidak menahannya. Akhirnya tubuhnya membalik, tapi wajahnya tidak berani mendongak. Dada bidang itu beradu dengan wajahnya, wanita itu meneteskan airmata. Semua rasa tertumpah disana. Tidak ada jawaban, hanya pelukan.
Kembali dikumpulkannya keberanian yang tersisa, dijejakkannya kakinya kebelakang, perlahan, satu demi satu, pelan. Tangannya sekarang memegang lengan yang dua kali lebih besar dari nya, wanita itu masih belum berani mendongak.
Sekarang jarak mereka sejengkal cukup ruang untuk wanita itu mendoak, tapi dia masih diam. Diambilnya nafas dalam, dengan rasa yang sudah tidak tertahan, pelan, dia mendongak, dagu itu bergerak dengan kecepatan kura kura beranjak, waktu rasanya berhenti.
Bunyi AC serasa naik volume diikuti mesin kolam yang entah dari mana tiba tiba meruak. Dan ketika jarum pendek bertemu dengan angka tujuh, 2 pasang mata itu bertemu, beradu. Ada kesunyian. Ada beribu pertanyaan. Ada kejanggalan. Tak ada suara. Keduanya diam.
Wanita itu kemudian membalikkan badan, cepat, dikibaskan kedua tangan yang mencoba menahan. Seolah datang hujan, dia mempercepat langkahnya, mulutnya komat kamit tak bersuara.