ANGKOR SMALL CIRCUIT TOUR
Awal Januari 2019 akhirnya kesampaian juga mencontreng salah satu bucket list untuk mengunjungi Angkor di Kamboja (Cambodia), perjalanan ini sudah tertunda bertahun tahun karena alasan medan yang tidak ramah untuk anak kecil dan tidak adanya penerbangan langsung dari Bali yang membuatnya selalu masuk list paling bawah dan akhirnya kami pindahkan untuk masuk list tahun berikutnya.
Angkor masuk dalam a World Heritage Site Desember 1992, dan mulai tahun 1993 melalui Intergovermental Conference di Tokyo dibentuklah team pengawasan restorasi Angkor yang diawasi oleh UNESCO, Indonesia sendiri termasuk salah satu team yang bertugas di Royal Palace Angkor Thom GOPURAS.
Angkor sendiri mulai dikenal dan dikunjungi European setelah meluasnya artikel yang ditulis oleh Henri Mouhot 1863, walaupun bukan penulis pertama yang membahas Angkor tapi tulisan Mouhot lah yang banyak dikenal dan membawa misi restorasi.
Tahun 1899 penggalian dan pembersihan tanah di Angkor Wat, Bayon dan the Elephants Terraces dibawah misi The Ecole Francaise d’Extreme-Orient membuka monument dan menjembatani konservasi selanjutnya walaupun sempat terhenti selama 20 tahun karena perang dan kondisi politik.
Angkor adalah peninggalan Khmer Empire yang dipercaya mulai dibangun abad 9 oleh raja Jayavarman II, Khmer sendiri merupakan empire terkuat di Southeast Asia pada masa itu.
Kunjungan traditional ke kawasan Angkor biasanya dibagi dalam 2 kategori utama yaitu Grand Circuit dan Small atau Petit Circuit.
Small/ Petit Circuit
Terdiri dari Angkor Wat, Bakheng, Angkor Thom, Bayon, Ta Keo, Ta Prohm, Prasat Kravan
Small Circuit biasa di mulai sunrise dan dimulai dengan melihat matahari terbit di Angkor Wat yang merupakan “Must DO”, tapi kita juga bisa memulai grand circuit di siang hari dan ditutup dengan Sunset di Angkor Wat. List diatas adalah yang tertera dalam itinerary untuk Small Circuit, tetapi terserah kembali pada kita mana saja yang mau dikunjungi dan dilewati.
Berikut perjalanan Small Circuit kami.
ANGKOR WAT
Kami memilih Sunrise di Angkor Wat, dengan menyewa mobil dan guide melalui hotel. Perjalanan dimulai jam 4.30 AM pagi, dijemput di hotel dengan bekal makan pagi yang sudah disiapkan oleh hotel, kami menuju ke kantor tiket, dimana semua pengunjung harus membeli tiket kunjungan dengan pilihan 1 hari tour seharga US$ 37 atau 3 hari tour seharga US$ 62
Catatan : anak dibawah 12 tahun gratis dengan menunjukkan passport (bawa foto passport di handphone untuk mempermudah).
Kami mulai keluar dari tiket office (antrian panjang) jam 5.30 an dan langsung menuju kawasan Angkor Wat parkir kemudian berjalan melawati jembatan yang bergoyang menuju tempat yang sudah dipilih oleh guide untuk kita bisa menikmati sunrise. Kami cukup beruntung karena mendapat tempat dibarisan paling depan, jadi bisa duduk santai didepan, menikmati piknik makan pagi dalam gelap sampai matahari terbit. Pemandangan Matahari terbit sangat indah, walaupun jumlah pengunjung yang amat sangat banyak dan lumayan berisik, tapi kami mendapatkan pengalaman dan foto yang tak terlupakan. Silahkan mampir ke insta yach.
Catatan : Bawa atau pakai anti nyamuk, senter (kita dapat minjem dari guide) dan alas duduk.
Selanjutnya kami dibawa masuk ke Angkor Wat, fakta yang kita tahu tentang Angkor Wat adalah :
- Merupakan monumen keagamaan terbesar di dunia
- Sebuah replika dunia menurut kepercayaan Hindu yang berpusat pada 5 puncak Gunung Meru
- Peninggalan arsitektur Khmer yang kaya dengan details dan design klasik Khmer
- Memiliki 600meter narrative bas-relief kurang lebih 2000 apsara
Bas Relief yang memuat cerita ramayana dan mahabarata memenuhi tembok luar dengan pahatan yang detail, ada juga pahatan yang bercerita tentang Suryavarman II, lambang dan juga cerita surga dan neraka.
Banyaknya pengunjung membuat kita harus bersabar dan mencari arus lain yang lebih sepi, sepatu yang nyaman adalah keharusan karena banyaknya tangga dan batu yang terjal dan sempit. Angkor Wat sendiri sampai sekarangg masih aktif digunakan sebagai tempat penyembahan umat Budha. Monumen yang merupakan Ibukota Pura atau Capital Temple ini dibangun mulai abad 12 dan awalnya dipersembahkan untuk Dewa Vishnu.
Waduk atau danau buatan di sektar monumen melambangkan laut mistikal yang mengelilingi Bumi dan tiap tiap galeri monumen melambangkan pegunungan yang mengelilingi Gunung Meru, rumah untuk Dewa. Monumen tertinggi ditengah merupakan pelambang puncak gunung Meru dan pusat dari tempat penyembahan.
Memerlukan waktu yang cukup lama untuk menikmati semua nya, untuk monumen tertinggu (perlambang puncak Meru) hanya mereka yang dewasa dan menggunakan pakaian lengan dan lutut tertutup saja yang diperbolehkan naik. Saya dan suami bergantian menunggu dibawah waktu itu karena Sophie, anak saya tidak diperbolehkan naik (dibawah 12 tahun). Pemandangan diaatas sendiri memang indah, walaupun tidak spektakuler, kita bisa melihat halaman depan Angkor Wat dengan dua kolam lotus buatan dan dana m=yang mengelilingi serta hamparan hijau dan desa di depan. Karena kami bergantian naik, saya tidak bisa terlalu lama menikmati semua, tapi tidak merasa ada yang terlewatkan.
ANGKOR THOM
Perjalanan dilanjutkan ke Gapura Angkor Thom yang dibangun di akhir abad 12 oleh Raja Jayavarman. Angkor Thom merupakan kota terbesar yang pernah dibangun pada masa Khmer dan mempunyai Bayon Temple sebagai pusatnya. Jempatan dengan naga sebagai pembatas disangga oleh patung penjaga, yang kiri adalah Asura pelambang Evil atau kejahatan dan yang kanan adalah Gods atau kebaikan.
BAYON
Monumen yang dikenal dengan beribu wajah, memiliki refief yang penuh dengan cerita keseharian dan sejarah Khmer. Sejarah yang tergambar dalam relief terlihat peperangan antara kaum Khmer melawan Cham dan juga keseharian wanita Khmer mulai dari berjualan buah sampai tanding ayam oleh kaum lelaki terlihat jelas, yang menonjol adalah ukuran Raja dan para petinggi yang dengan sengaja dibuat lebih besar dari kaum biasa.
Temple Bayon melewati pergantian sebagain tempat penyembahan mulai dari Pantheon, Hindhu dan kemudian Budha.
Pengalaman kami monumen yang paling sarat informasi ini juga merupakan monumen yang paling ramai, mungkin waktu kami yang kurang tepat, kami kesusahan untuk dapat menikmati setiap relief dan cerita nya, sampai kami harus menepi dan melupakan acara foto asal dapat melihat setiap sudut saja (tidak mungkin ambil foto, dengan antrian yang cukup panjang dan penuh sesak).
Pada saat keluar dari Bayon Temple jam sudah 11 siang dan perut kami sudah merengek minta makan, akhirnya kami minta diantar ke restaurant terdekat untuk makan siang. Seperti halnya di Bali, Guide pasti memiliki tempat yang sudah dipilih dan kami pun end u di tourist trap istilahnya, dengan makanan serba biasa tapi harga luar biasa. Sudah cukup istirahat dan makan, kami lanjut lagi, kali ini kami tidak mengikuti rentetan grand curcuit karena sudah merasa cukup dan hanya 1 lagi tempat yang kami ingin kunjungi, yaitu Temple lokasi syuting Tomb Raider 1, ya kan harus yach. Hehehe.
TA PROHM
Selain tempat syuting Angelina Jolie (hehehe) Ta Prohm dikenal romantis karena perpaduannya dengan pepohonan dengan akar akar raksasa yang memeluk beberapa bangunan. Dibangun abab 12 sampai 13 dibawah Raja Jayavarman VII, merupakan temple monasttery yang memiliki nama asli Rajavihara.
Pura ini adalah pura yang dipilih oleh the Ecole Francaise d’ Extreme-
Orient untuk tetap dipertahankan sesuai kondisi saat ditemukan, penuh dengan pelukan akar raksasa dari pohon Silk Cotton (Ceiba Pentandra) dan Strangler Fig (Ficus Gibbosa). Disini kita juga dapat melihat Face Tower, menara dengan 4 sisi wajah dan relief tentang perjalanan Siddhartha meninggalkan sang ayah (The great Departure).
Kondisi pura ini menjadi menarik memang karena pelukan akar raksasa dari pohon Silk Cotton dan Strangler, tapi akar raksasa tersebut semakin kuat dan lambat laun dan sudah beberapa yang harus di patahkan sehingga bukan merupakan pemandangan yang permanen. Mungkin kalau tidak ada akar akar tersebut pura Ta Prohm tidak menjadi semenarik sekarang karena minimnya relief dengan ceritanya dan kondisi yang sebagian besar sudah hancur.
Menurut gosip nya, Tomb Raider memilih pura ini karena akar akar raksasa tersebut, tapi kalau kita lihat filmnya lagi nampak Jempatan Naga dengan Tower of Many Face Angkor Thom terlihat sangat menarik.
Tentu saja karena latar belakang sebagai setting film besar, pura ini juga ramai pengunjung, tapi kita masih bisa menikmati dengan santai. Keluar dari Ta Prohm sekitar jam 1 an, kami memutuskan untuk mengakiri Small Tour dan kembali ke Hotel. Bangun jam 4.30 pagi bikin kita cepat sekali capeknya.
Angkor Wat, Bayon dan Ta Prohm, menurut kami adalah high light yang harus dikunjungi untuk Small Tour, jadi kita bisa menikmati lebih lama dan belajar lebih banyak.
Tour selanjutnya adalah Grand Circuit (Hari ketiga), dan Banteay Srei (Hari Keempat) yang berlokasi cukup jauh sehingga tidak masuk dalam Grand maupun Petit Circuit. Kami juga sempat melihat Phare The Cambodiam Circus pada hari pertama, cek cerita kami selanjutnya.
One Comment